Tepat pada tanggal 15 - 18 Oktober 2008, gue hijrah ke Klaten alias live in.
Live in adalah salah satu program kegiatan tahunan dari sekolah yang bertujuan untuk mengembangkan kehidupan bermasyarakat setiap siswa. Kegiatan tersebut baru dilaksanakan pertama kali di angkatan gue ( baca: kelinci percobaan ).
Dan saat itu gue tedampar sendirian di sebuah desa kecil yang bernama Desa Jedis.
Bapak gue seorang buruh dan ibu gue seorang tukang jamu.
Rumah mereka benar - benar sederhana dan terasa sekali nuansa pedesaannya.
Tapi gue parno waktu dikasih liat kamar tidur gue selama disana.
Gimana gue ga parno.. Kamar tidur gue lumayan besar, ada dua tempat tidur terpisah, di belakang tempat tidur ada jendela dan yang semakin menjadi - jadi adalah tepat di depan salah satu tempat tidur di kamar gue ada lemari kaca. Dan pada kenyataannya gue hanya tidur seorang diri.
Gue sih ngebayangin kalau waktu malam, gue ga sengaja ngeliat ke arah lemari kaca itu dan tiba - tiba ada sesosok makhluk goib yang nongol ( Anjrit! ). Atau waktu gue tidur ke arah samping dan tiba - tiba di tempat tidur yang kosong ada yang tidur juga. ( Wew! )
Untung semua itu hanya khayalan gue. Hehehe.
Gue merasa seperti anak hilang yang tersesat.
Karena semua teman - teman gue dengan mudah saling berkunjung satu sama lain. Sedangkan gue? Gue ga inget jalan, jarak antara rumah gue dengan rumah teman gue yang satu lingkungan pun cukup jauh.
Tapi keesokan harinya teman - teman gue mulai berdatangan mengunjungi rumah gue dan akhirnya gue pun bisa berkumpul bersama mereka di alun - alun.
Gue menikmati hari - hari gue disana.
Setiap pagi gue bantu ibu jual jamu keliling desa dengan menggunakan sepeda.
Selebihnya, gue mengikuti kegiatan - kegiatan yang diadakan di lingkungan sana, misalnya seperti doa rosario, arisan ibu - ibu, nonton latihan drama dan sebagainya.
Banyak banget pengalaman yang ga bisa dilupakan saat gue di Klaten.
Terutama pengalaman yang berjudul 'Ketika Perut Sedang Tak Bersahabat'.
Di hari ketiga, setelah gue membantu ibu jual jamu, perut gue terasa ga enak.
Itulah awal mula gue eksis di kamar mandi, bolak - balik sampai berapa kali.
Gue udah minum obat tapi tetap terasa ga enak. Sampai pada puncaknya waktu malam hari, sekitar jam 12an, gue menerima panggilan alam, tapi gue takut ke kamar mandi sendiri, karena kalau mau ke kamar mandi harus melewati dapur yang cukup gelap.
Karena gue ga bisa menahan gejolak asmara yang terjadi pada perut gue, gue pun membangunkan ibu, alhasil gue ditemani ibu ke kamar mandi.
Seketika kamar mandi seakan surga dunia. Hahaha.
Setelah gue menunaikan ibadah gue di kamar mandi, ibu pun mengeroki perut gue.
Puji Tuhan gue bisa tidur nyenyak setelah itu.
Keesokan harinya gue harus kembali ke gereja, tempat dimana seluruh siswa berkumpul pertama kali. Itu artinya gue harus berpisah dengan ibu dan bapak.
Walaupun gue bukan anak kandung mereka tapi mereka memperlakukan gue layaknya anak kandung mereka sendiri.
Cuma kata terimakasih yang bisa gue sampaikan pada mereka.
Terimakasih bapak, terimakasih ibu.